Reaktivasi jalur kereta api Banjar - Cijulang Pangandaran ini merupakan langkah penting dalam upaya meningkatkan konektivitas dan perekonomian di wilayah selatan Jawa Barat. Biaya yang dikeluarkan mencapai Rp5,5 triliun, dan proses ini melibatkan Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama Kementerian Perhubungan serta PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Jalur ini memiliki nilai sejarah yang tinggi karena jembatan dan terowongan di jalur tersebut, seperti Hendrick Tunnel, Juliana, dan Wilhelmina, dibangun pada masa kolonial Belanda antara tahun 1913-1915. Reaktivasi ini merupakan bagian dari program pembangunan Kawasan Rebana di Jawa Barat Selatan sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 87 Tahun 2021, yang direncanakan selesai hingga tahun 2030.
Kajian reaktivasi ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2007, dan saat ini perhatian lebih juga diberikan pada jalur lain, seperti Cipatat ke Padalarang dan Rancaekek ke Sumedang, yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Djoko Hartoyo, Asisten Deputi Infrastruktur Pengembangan Wilayah Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, menyebut bahwa minat terhadap jalur kereta api Banjar - Pangandaran cukup tinggi dengan sekitar 500 penumpang per hari, atau sekitar 16 ribu penumpang per bulan. Jajak pendapat dan survei potensi calon penumpang juga telah dilakukan untuk memastikan kesesuaian proyek reaktivasi ini.