Kemenangan pasangan Citra-Ino dalam perebutan kekuasaan di parlemen Pangandaran semakin memperkuat dominasi politik PDIP. Tidak hanya sebagai hasil kompromi politik, kemenangan ini menunjukkan superioritas PDIP yang berhasil memecah koalisi Hudang dan menarik PKB serta Golkar ke dalam orbit koalisi mereka. Ini adalah bukti kekuatan manuver politik yang mampu mengokohkan pengaruh PDIP di DPRD Pangandaran.
Awalnya, koalisi Hudang, yang dipimpin oleh Gerindra, diperkirakan akan menjadi kekuatan utama di parlemen. Namun, koalisi ini justru terlempar dari perebutan posisi strategis dalam Alat Kelengkapan Dewan (AKD). Meskipun memiliki jumlah kursi yang sama dengan PKB dan Golkar, Gerindra gagal meraih posisi penting seperti Ketua atau Wakil Ketua Komisi. Hal ini menunjukkan ketidaksolidan koalisi Hudang, terutama ketika PKB dan Golkar, yang diharapkan menjadi bagian dari koalisi tersebut, tertarik ke dalam koalisi Citra-Ino yang dipimpin oleh PDIP. Kegagalan ini menjadi pukulan bagi Gerindra dan Ujang Endin, calon Bupati Pangandaran, yang tidak mampu memperkuat basis politik partainya di parlemen.
Namun, kemenangan PDIP melalui pasangan Citra-Ino tidak hanya mencerminkan superioritas partai tersebut, tetapi juga menunjukkan niat baik untuk membuka diri kepada partai-partai lain dalam pembangunan Pangandaran. Terbukanya komunikasi dengan PKB dan Golkar menjadi bukti bahwa PDIP dan pasangan Citra-Ino ingin membangun Pangandaran yang berkelanjutan secara bersama-sama, bukan secara eksklusif hanya untuk PDIP dan PAN sebagai mitra koalisi. Sikap inklusif ini memberikan angin segar bagi masa depan Pangandaran, di mana partai-partai di luar koalisi inti dapat berperan serta dalam mewujudkan pembangunan yang lebih inklusif dan partisipatif.
Spekulasi mengenai adanya kesepakatan politik di balik layar semakin menguat, terutama terkait dengan jabatan-jabatan strategis seperti Ketua Komisi yang diberikan kepada PKB dan Golkar. Ini bisa jadi merupakan imbalan atas dukungan mereka terhadap pasangan Citra-Ino dan dominasi PDIP di parlemen. Dalam politik lokal, transaksi semacam ini sering terjadi sebagai upaya menjaga keseimbangan kekuasaan dan memastikan dukungan bagi keberlangsungan pembangunan daerah.
Keberhasilan PDIP dalam menarik PKB dan Golkar ke dalam koalisi mereka tidak hanya memperkuat dominasi mereka di parlemen, tetapi juga memberikan keunggulan bagi pasangan Citra-Ino dalam perebutan posisi bupati dan calon bupati Kabupaten Pangandaran. Dengan fondasi politik yang semakin kokoh, pembangunan Pangandaran di lima tahun mendatang diprediksi akan berjalan lebih cepat dan efektif. Di sisi lain, ketidakmampuan Gerindra untuk mengamankan posisi penting di AKD menunjukkan bahwa koalisi Hudang, yang sebelumnya diproyeksikan sebagai kekuatan penyeimbang, kini semakin terpecah dan kehilangan pengaruh politiknya.
Secara keseluruhan, kemenangan pasangan Citra-Ino di parlemen tidak hanya memperlihatkan kekuatan manuver politik PDIP, tetapi juga menunjukkan keterbukaan mereka terhadap kerja sama lintas partai. Langkah ini membawa harapan baru bahwa pembangunan Pangandaran di masa depan akan lebih solid dan inklusif, melibatkan berbagai pihak dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pembangunan. Dominasi PDIP di DPRD Pangandaran kini menjadi fondasi kuat bagi kemajuan daerah ini di masa yang akan datang.