Kabupaten Pangandaran memiliki beberapa karakteristik ekonomi makro yang menarik, berdasarkan data yang tersedia. Indikator-indikator utama yang mendefinisikan kondisi ekonomi di Pangandaran antara lain:
- Pertumbuhan Ekonomi (Laju Pertumbuhan Ekonomi/LPE): Pangandaran memiliki LPE sebesar 5,26%, yang berada di atas rata-rata Jawa Barat. Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi yang positif di daerah ini, terutama dibandingkan dengan wilayah lain di provinsi tersebut.
- Tingkat Kemiskinan: Tingkat kemiskinan di Pangandaran tercatat sebesar 8,75%. Meskipun masih cukup tinggi, angka ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT): Salah satu keunggulan Pangandaran adalah rendahnya tingkat pengangguran terbuka yang hanya mencapai 1,52%. Ini menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan relatif tersedia, meskipun perlu analisis lebih lanjut mengenai kualitas pekerjaan yang tercipta.
- Rasio Gini: Rasio Gini di Pangandaran sebesar 0,323, menunjukkan distribusi pendapatan yang relatif merata. Rasio Gini yang rendah menunjukkan kesenjangan ekonomi yang lebih kecil dibandingkan beberapa daerah lainnya.
- Prevalensi Stunting: Salah satu perhatian utama adalah angka stunting yang masih tinggi, yaitu sebesar 23,9%. Ini menjadi indikator adanya masalah gizi pada anak-anak yang berpotensi menghambat kualitas sumber daya manusia di masa depan.
- PDRB per Kapita: PDRB per kapita Kabupaten Pangandaran sebesar 33 juta rupiah, masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa wilayah perkotaan di Jawa Barat. Ini mencerminkan masih rendahnya daya beli masyarakat secara keseluruhan.
Peringkat dan Penilaian
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, Pangandaran bisa dinilai dalam beberapa aspek:
- Pertumbuhan Ekonomi: Baik. LPE Pangandaran cukup baik, berada di atas rata-rata provinsi Jawa Barat.
- Pengentasan Kemiskinan: Cukup. Tingkat kemiskinan masih tinggi, memerlukan upaya intensif untuk pengentasan kemiskinan.
- Penciptaan Lapangan Kerja: Baik. TPT rendah menunjukkan pasar tenaga kerja yang stabil.
- Persebaran Pendapatan: Baik. Rasio Gini rendah menunjukkan distribusi pendapatan yang relatif merata.
- Kualitas Sumber Daya Manusia: Cukup. Angka stunting yang tinggi menunjukkan masih ada masalah dalam kualitas gizi anak-anak.
- Tingkat Kesejahteraan: Cukup. PDRB per kapita masih perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Analisis Lebih Lanjut dan Rekomendasi
- Pengembangan Sektor Unggulan: Mengingat potensi alam Pangandaran, sektor pertanian dan pariwisata menjadi dua pilar utama perekonomian. Namun, untuk keberlanjutan ekonomi jangka panjang, penting untuk mendorong diversifikasi ekonomi, terutama di sektor industri kecil dan menengah, serta jasa kreatif.
- Infrastruktur: Pengembangan infrastruktur sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Jalan, transportasi, dan fasilitas publik lainnya perlu ditingkatkan untuk mendukung mobilitas masyarakat dan wisatawan, serta memfasilitasi pengiriman produk pertanian dan barang lainnya.
- Kualitas Sumber Daya Manusia: Peningkatan kualitas SDM harus menjadi prioritas, terutama melalui pendidikan, pelatihan keterampilan, dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan untuk mengurangi stunting.
- Manajemen Pariwisata yang Berkelanjutan: Pangandaran sebagai destinasi wisata memerlukan pengelolaan yang berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Pariwisata yang dikelola dengan baik akan memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian lokal tanpa merusak sumber daya alam yang menjadi daya tarik utama.
- Peningkatan Kesejahteraan dan Pengurangan Ketimpangan: Pemerintah daerah perlu meningkatkan akses layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, serta menciptakan lebih banyak peluang usaha bagi kelompok ekonomi lemah agar ketimpangan sosial dapat ditekan.
Kesimpulan
Kinerja ekonomi makro Kabupaten Pangandaran menunjukkan pertumbuhan yang positif, terutama dengan rendahnya tingkat pengangguran dan distribusi pendapatan yang merata. Namun, masih ada tantangan besar terkait dengan angka kemiskinan, prevalensi stunting, dan PDRB per kapita yang rendah. Untuk mencapai pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, penting bagi pemerintah daerah untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan infrastruktur, dan mengelola pariwisata secara berkelanjutan. Diversifikasi ekonomi dan pengurangan ketergantungan pada sektor pertanian dan pariwisata juga menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.